Senin, 04 Januari 2016

Makna tradisi imlek


Pada beberapa hari menjelang tanggal 30 bulan 12 Imlek (chuxi) atau Sa Cap Me, rakyat Tiongkok biasanya mempunyai tradisi untuk melakukan pembersihan besar-besaran di rumah.
Setelah pembersihan, seisi keluarga akan mulai memasang kuplet dan lampion perayaan Tahun Baru Imlek, dalam rangka menciptakan suasana riang gembira.
Pada hari terakhir bulan ke-12, baju yang sobek dan lauk-pauk yang belum habis dimakan akan dibuang menjelang datangnya hari Tahun Baru Imlek, dengan maksud agar kemiskinan tidak menjumpai rumah itu.
Yang Unik dalam Perayaan Imlek yaitu : Acara makan besar bersama keluarga di malam Tahun Baru Cina.
Malam Tahun Baru adalah malam khusus yang disebut juga chuxi yang dalam bahasa Cina berarti menghapus yang lama dan jahat juga berdoa untuk menyongsong kedatangan tahun baru yang terbaik adalah malam terakhir menjelang hari Tahun Baru Imlek.
Malam ini sering disebut juga dengan Da Nian Ye (dapat diterjemahkan secara harafiah menjadi 'new year's eve). Orang Hokkian di Medan menyebut dengan 'Sa cap me' dari bahasa Mandarin 'shanshi ye', artinya adalah "malam tanggal 30 ".
Pada hari ini juga biasanya diadakan upacara sembahyang yang dikenal sebagai upacara Sembahyang Tutup Tahun ( tanggal 30 bulan 12 Imlek ). Sembahyang ini khusus diadakan untuk menghormati dan memuliakan leluhur, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ungkapan rasa Bhakti (Hauw) anak terhadap Orang Tua / Leluhur.
Upacara ini juga merupakan wujud dari pelaksanaan ajaran moral Confusianis yang bersifat humanis, religius dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti atau disebut xiao, dalam bahasa Inggris disebut juga filial piety.
Setelah itu dalam perayaan Sa Cap Meh (malam tahun baru Imlek) tradisional tanggal 30 Cap Dji Gwee (bulan 12), biasanya seluruh anggota keluarga yang bekerja dan memiliki kesibukan di daerah lain, akan pulang ke rumahnya untuk berkumpul makan bersama dan saling bercerita atau mengobral santai menyambut datangnya Tahun Baru Imlek yang penuh harapan ini. Biasanya dimana orang tuanya tinggal merupakan tempat berkumpul untuk makan bersama.
Makan bersama ini memiliki makna sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun baru Imlek. Makan adalah sumbu hidup. Makan bersama adalah untuk bersama sama mensyukuri kehidupan. Apapun agamanya, pada malam tahun baru Imlek ini seluruh anggota keluarga akan berkumpul bersama untuk mensyukuri sumbu kehidupan yang masih menyala, yang dilakukan dalam bentuk makan bersama.
Makanan yang tersaji pun terkesan mewah dan lain dari biasanya, sebab mempunyai harapan yang besar di malam tahun baru agar keluarga selalu terjaga keharmonisan dan kebaikan.
Makanan yang disiapkannya, berisikan Doa Ibu yang memasaknya agar keluarganya dilimpahkan berbagai berkat sepanjang tahun. Bahan makanan yang dipilih adalah bahan makanan yang memiliki makna, diharapkan sepanjang tahun si pemakan akan dilimpahkan hal-hal yang baik.
Beberapa makanan tersebut adalah:
1. Rebung = Harapan dan Keberuntungan.
2. Rumput Laut Hitam (Fucai) = Kemakmuran.
3. Mie = Panjang umur.
4. Ayam dan Ikan = Kebahagiaan dan Keberuntungan.
5. Bebek = Kesetiaan dan Ketaatan.
6. Haisom/Teripang laut = Kesehatan.
7. Jeruk Mandarin = Kekayaan, Keberuntungan dan keutuhan (meskipun terpisah-pisah tetap bersatu dalam satu keluarga).
8. Kue Keranjang = Tekstur yang lengket melambangkan keluarga selalu Rukun.
Di Tiongkok utara ada kebiasaan makan jiaozi (penganan berbentuk pempek kapal selam mini, terbuat dari tepung khusus berisi daging dan sayur). Alasannya, ada pepatah berbunyi nian nian you yu "setiap tahun ada sisa". Kata yu yang berarti "sisa" berbunyi sama dengan kata yu yang berarti "ikan".
Kesamaan bunyi itulah yang menyebabkan mengapa ikan menjadi hidangan wajib di malam tahun baru. Dengan makan ikan, berarti dalam segala hal ada sisa. Tentu saja yang dimaksud adalah kelebihan rezeki.
Makanan wajib lainnya, kue keranjang yang disebut nian gao. Kata gao "kue" berbunyi sama dengan gao yang bermakna "tinggi". Dengan makan kue keranjang, diharapkan rezeki seseorang setiap tahun bertambah tinggi.
Buah jeruk menjadi lambang keberuntungan karena lafal kata jeruk dalam bahasa Mandarin-juzi-mirip ji yang berarti "keberuntungan".
Sejak zaman Dinasti Tang, malam tahun baru Imlek dirayakan dengan pesta kembang api atau mercon, selaras penemuan bubuk mesiu para ahli kerajaan itu sehingga kebanyakan keluarga melek semalam suntuk sampai pagi untuk menyambut tahun baru, menyalakan petasan dan kembang api untuk mengusir 'nian' mahluk jahat yang menurut legenda hobby makan manusia. Suara keras petasan dipercaya menakuti si nian tadi. Sekarang makin melenceng untuk sekedar keramaian dan dipercaya mengusir roh jahat.
“Shoushui” atau tidak tidur pada malam menjelang hari Tahun Baru Imlek adalah kegiatan yang umumnya dilakukan rakyat Tiongkok. Anak-anak kecil paling gembira melakukan kegiatan “shoushui” karena bisa merayakan hari raya bersama dengan orang dewasa semalam suntuk, yang penuh dengan suasana riang gembira.
Mengutip puisi dari Dinasti Tang (618- 907) yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia,
“Lautan cinta membawa angin kasih, terhampar di daratan amal bikin hati bersih.” Warga Tionghoa dipastikan menyambut Tahun Baru Imlek Ular Air dengan berbagai cara baik konvensional dan tradisional maupun dengan gaya lebih moderat.



Sumber : https://www.facebook.com/permalink.php?id=244219005629774&story_fbid=512891078762564

0 komentar:

Posting Komentar