Bagaimana Koperasi yang Ideal itu ?
Agar
sebuah Koperasi dapat dikatakan koperasi yang ideal, koperasi tersebut harus “Koperasi
yang Benar, Koperasi yang Besar, dan Koperasi yang Mengakar”. Maksud dari “Koperasi yang Benar” adalah
koperasi tersebut harus melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai. Koperasi
tersebut harus menjalankan kewajibannya dengan baik serta bertanggung jawab.
Koperasi juga tidak boleh melupakan misi dan visinya sebagai badan koperasi. Maksud
dari “Koperasi yang Besar” adalah Koperasi mampu menjadi soko guru perekonomian
di Indonesia. Maksud dari “Koperasi yang Mengakar” adalah koperasi yang
bertanggung jawab. Biasanya setelah suatu koperasi sudah cukup berkembang,
koperasi tersebut biasanya lupa akan tujuan dan kewajibannya sebagai badan
Koperasi. Badan Koperasi tentunya berbeda dengan Bank dan yang lainnya. Berakar
maksudnya koperasi harus tetap menjalankan kewajiban dan tujuan utamanya
walaupun sudah berkembang.
Banyak faktor yang menentukan maju-mundurnya koperasi, namun
salah satu faktor yang sangat menentukan adalah faktor pengelolaan dari
koperasi itu sendiri. Jika pengelolaan koperasi dilakukan secara sehat, maka
koperasi pun akan berkembang secara sehat pula. Pengelolaan koperasi
yang sehat akan bisa dilaksanakan jika baik para pengelola
maupun para anggota koperasi tersebut, memperhatikan atau berpegang pada tiga
kriteria tingkat kesehatan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Agar
sebuah organisasi dikatakan sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·
Adanya kesadaran sekurang-kurangnya pengertian pada
anggota bahwa mereka memiliki koperasi dan bersedia ikut serta pada
kegiatan-kegiatan koperasi.
·
Adanya kesadaran koperasi untuk hidup atas dasar
anggaran dasarnya.
·
Ketiga alat perlengkapan koperasi, ialah rapat
anggota, pengurus dan badan pemerintah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
·
Bagian-bagian dalam koperasi bekerja normal dalam
hubungan organik.
·
Adanya komunikasi yang lancar antara para pengurus,
antara pengurus dengan anggota dan antara sesama anggota, yang tercermin pada
administrasi dan managemen.
Koperasi
yang Ideal juga membutuhkan Pemimpin yang baik. Pemimpin yang (hanya)
bermodalkan popularitas adalah pemimpin yang berbahaya. Justru disitulah letak
kelemahan kebanyakan koperasi. Dengan prinsip koperasi satu orang satu suara,
yang kebanyakan diartikan sebagai voting. Pengurus yang terpilih adalah orang
yang paling banyak mendapat suara. Yang paling populer, dan belum tentu yang
paling kompeten atau paling berpengalaman. Berapa banyak koperasi yang
menyelenggarakan pemilihan pengurus dengan menyelenggarakan fit and proper test
terlebih dahulu? Dimana ada sekelompok orang yang independen dan ahli menilai
kecakapan calon pengurus, sejauh mana integritasnya, keahlian memimpin, jiwa
kewirausahaannnya, kemampuan manajerial dan pengetahuan tentang koperasi.
Pengurus adalah top managementnya koperasi, CEO nya koperasi. Jika memilih CEO
sudah dilakukan sembarangan, tanpa ada fit and proper test, jangan harap organisasi
bisa melesat cepat. Setidaknya ada beberapa kriteria yang perlu dimiliki oleh
calon pengurus koperasi agar dirinya layak dipilih menjadi pengurus. Antara
lain :
1. Berani
Sejauh
mana pengurus berani mengambil resiko? Jangan memilih orang yang hanya cari
aman untuk jadi pengurus koperasi. Bisa stagnan koperasinya. Bisnis erat
kaitannya dengan resiko, siapa yang tidak berani mengambil resiko, jangan
berbisnis. Siapa yang tidak bisa berbisnis, jangan dipilih menjadi pengurus.
Sejauh mana pengurus berani mengkonfrontasi
orang-orang yang menghalangi perkembangan koperasi? Untuk berkembang, koperasi
perlu berubah. Dan dalam perubahan pasti ada orang-orang yang menentang,
orang-orang yang berdiri menghalangi di tengah jalan mencapai tujuan. Apakah
pengurus berani menghadapi orang-orang seperti itu? Jika tidak berani, jangan
pilih orang tersebut sebagai pengurus. Sejauh mana pengurus berani menghadapi kritikan dan cemoohan orang lain?
Jangan memilih pengurus yang ragu-ragu mengambil keputusan hanya karena banyak
orang tidak suka. Jika suatu keputusan sudah dipertimbangkan dengan matang, dan
itu benar adalah untuk kepentingan koperasi. Meskipun mendapat kritikan dan
cemoohan, pengurus harus tetap maju. Berani menghadapi kritikan dari
orang-orang yang kurang mengerti. Seorang pemimpin harus berani untuk tidak
populer. Karena pastinya akan banyak keputusannya yang efeknya baru dinikmati
jangka panjang. Orang-orang yang mengkritik ini biasanya yang mau segala
sesuatunya instant, langsung terlihat hasilnya. Padahal kan membangun koperasi
supaya besar tidak bisa hanya dengan satu atau tiga tahun.
2. Punya integritas yang
tinggi
Integritas
berarti walk the talk and talk the walk. Melakukan apa yang ia katakan dan
mengatakan apa yang ia lakukan. Bukan cuma orang yang omdo (omong doang) atau
NATO (No Action Talk Only). Orang yang punya prinsip dan nilai yang dipegang
teguh. Orang lain tahu karakter orang tersebut jika menghadapi tekanan seperti
apa, jika menghadapi masalah seperti apa. Orang yang tidak mudah
terombang-ambing oleh issue atau pendapat mayoritas. Biasanya orang yang
religius, dekat dengan Allah, rajin shalat berjamaah tepat waktu di masjid itu
bisa jadi indikator bahwa orang tersebut punya integritas. Mengapa? Karena
kalau prinsip agama sudah dipegang dengan kuat, insyaallah prinsip-prinsip yang
bagus seperti prinsip sabar, bersyukur, ikhlas udah ada di dalam agama semua.
Sebaliknya orang yang tidak mengamalkan agama dengan benar, jangankan amanah
dari manusia, amanah dari Tuhannya saja tidak dijlankan dengan baik.
3. Berjiwa wirausaha
Berjiwa
wirausaha identik dengan tahan banting, kreatif, mandiri, tidak mudah putus asa.
Pilihlah pengurus yang jika memungkinkan punya pengalaman membangun bisnisnya
sendiri. Pilihan terakhir adalah pengurus yang seumur hidup jadi orang gajian,
agak sulit untuk menjadikan orang seperti ini untuk jadi pengurus. Minimal
perlu diikutkan workshop dan pelatihan kewirausahaaan. Menjadi seorang
wirausahawan memang bukan panggilan hidup semua orang, memang ada beberapa
orang yang panggilan hidupnya menjadi karyawan. Menjadi seorang wirausahawan
dan memiliki jiwa wirauaha itu hal yang berbeda, seseorang yang berstatus
karyawan bisa saja memiliki jiwa wirausaha, memiliki karakteristik seorang
wirausahawan. Sebaliknya seorang pemilik usaha juga belum tentu orang yang
memiliki jiwa wirausaha, bisa jadi ia membuka usaha tersebut karena tidak ada
pilihan lain, atau usahanya adalah warisan keluarga, dan punya usaha tapi tidak
berkembang. Orang seperti itu memang punya usaha sendiri tapi belum bisa
disebut punya jiwa wirausaha. Jiwa
wirausaha itu bukan bakat atau bawaan yang dimiliki orang tertentu saja. Jiwa
wirausaha bisa dipelajari dan dipupuk. Karenanya jika memang pilihan pengurus
tidak ada yang berjiwa wirausaha, maka pilihlah orang-orang yang memiliki
karakter pembelajar. Kalaupun pengurus belum memiliki jiwa wirausaha, ia dapat
belajar.
4. Berjiwa pemimpin
Pengurus
adalah pimpinan tertinggi di koperasi, satu level dengan CEO dan Direktur Utama
suatu perusahaan. Dan koperasi adalah perusahaan juga. Maju mundurnya suatu
peruashaan sebagian besar terletak pada eksekutif tertingginya. Kemajuan perusahaan
salah satunya terletak pada kemampuan sang eksekutif tertinggi untuk mengelola
sumber daya yang ada secara benar. Sumber daya apa yang paling penting bagi
sebuah organisasi? Tidak lain adalah manusianya. Dan bagaimana mengelola sumber
daya manusia yang paling efektif? Adalah dengan memimpin. Bukan sekedar
menyuruh atau memerintah. Pengurus must know how to lead effectively.
Secara
struktural, di bawah pengurus ada pengelola koperasi. Pengelola koperasi lah
yang menjalankan sebagian besar bisnis dan operasional koperasi, lebih dari 90%
jalannya roda koperasi ada di pengelola. Bisa dianalogikan pengurus dan
pengelola adalah seperti supir dan mobilnya. Supir yang hebat membutuhkan mobil
yang hebat, begitu pula sebaliknya. Supir yang piawai dengan mobil yang payah
hanya akan membuat repot dan frustasi si supir. Sebaliknnya, mobil canggih
dengan supir yang asal supir akan menyia-nyiakan potensi yang ada di mobil,
fitur-fitur yang canggih menjadi tidak berguna, dan ketika mobil tersebut
mengalami masalah si supir tidak mampu menanganinya. Seorang pengurus ibarat seorang supir. Ia harus tahu
karakteristik mobil yang ia kendarai, tahu apa saja fitur-fiturnya, mengunakan
fitur tersebut dengan semaksimal mungkin, memperhatikan pemeliharaan
kendaraannya. Seorang supir yang baik tahu bahwa semakin canggih sebuah mobil
semakin tinggi biaya pemeliharaannya, semakin si supir dituntut untuk lebih
perhatian. Intinya seorang pengurus bukanlah seseorang yang dituntut harus tahu
segalanya tentang seluk beluk pengelolaan koperasi, pengurus adalah seseorang
yang bisa memimpin orang lain agar bisa mengelola koperasi dengan benar.
Kepemimpinan punya dasar-dasar, prinsip-prinsip
dan gaya kepemimpinan yang macam-macam. Itu yang harus dimiliki oleh pengurus
koperasi.
5. Punya kemampuan manajerial
Koperasi
sekarang ini tidak bisa asal kelola, tidak bisa asal jalan. Kalau prinsipnya
masih seperti itu, tergusur sudah koperasi dengan perusahaan-perusahaan swasta.
Membuka minimarket jangan sekedar buka minimarket, jangan hanya sebagai syarat
'disini ada koperasi'. Membuka minimarket harus tahu ilmunya, ada yang namanya
manajemen retail. Bagaimana mencari pemasok, bagaimana mengelola saluran
distribusi, bagaimana menata barang dagangan, pricing, promosi, customer
service dan lain-lain. Mengurus koperasi pun seperti itu, jangan asal
mengurus tanpa ada ilmunya. Ada yang namanya ilmu manajemen, bagaimana caranya
merencanakan sesuatu agar efektif, bagaimana mendelegasikan, bagiamana membagi
perusahaan kedalam fungsi-fungsi kerja, dan lain-lain. Sangat menguntungkan
sekali jika ada kandidat pengurus yang memiliki latar belakang manajemen. Namun
jika pilihan kandidat pengurus yang ada tidak ada yang berlatar belakang
manajemen, maka sekali lagi pilihlah pengurus yang punya karakeristik pembelajar.
Agar ia dapat mempelajari ilmu manajemen.
6. Mengerti tentang perkoperasian
Adakah
pengurus yang tidak tahu tujuan dan prinsip koperasi? Banyak. Mengapa saya
bilang begitu, karena umumnya pengurus hanya berfokus pada cara mengembangkan
dan membesarkan koperasi, dari segi finansial. Tanpa memperhatikan jiwa dari
koperasi. Pengurus yang seperti ini akan membawa koperasi tidak bedanya dengan
perusahaan-perusahaan swasta, hanya bertujuan mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya. Tujuan koperasi adalah mensejahterakan anggota dan
masyarakat. Pengurus harus bertanya 'apa kontribusi koperasi saya dalam
mensejahterakan anggota? Apa kontribusi koperasi saya dalam mensejahterakan
masyarakat?' Prinsip koperasi salah satunya adalah 'kemandirian'. Pengurus
harus bertanya 'Apakah hidup koperasi masih bergantung pada pihak tertentu yang
bukan anggota? Jika jawabannya iya, maka koperasi belumlah mandiri. Dan
pengurus perlu mengambil langkah-langkah agar prinsip kemandirian koperasi
dapat dijalankan. Kalau pengurus
saja tidak paham mengenai koperasi, bagaimana bisa mengharapkan anggota paham
mengenai koperasi. Padahal kepahamaan anggota terhadap prinsip dan nilai
koperasi adalah hal yang vital, yang membuat koperasi menjadi koperasi.
7. Punya keahlian interpersonal yang baik
Pendidikan
perkoperasian adalah salah satu prinsip koperasi. Sasaran pendidikan ini
terutama adalah anggota, karena anggota lah secara bersama-sama yang menentukan
jalannya koperasi. Pendidikan perkoperasian ini tidak dilakukan dengan sekali
atau beberapa kali memberikan penyuluhan atau seminar umum. Pendidikan koperasi
akan jauh lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan personal dan
berangsur-angsur. Mendekati dan memberikan pemahaman tentang koperasi kepada
orang per orang, kelompok per kelompok. Disinilah peran keahlian interpersonal.
Bagaimana pengurus dapat memengaruhi para anggota koperasi untuk bersama-sama
memajukan koperasi.
Dari ke tujuh kriteria di atas, populer tidak
masuk diantaranya. Karena kualitas 'populer' tidak mesti positif. Bisa saja
seseorang populer karena terkenal dengan sikap negatifnya. Bisa saja seseorang
populer karena cuma banyak omong atau sekedar pandai membangun citra tapi
isinya kosong. Popularitas bukanlah kriteria yang harus dicari, popularitas
hanyalah konsekuensi dari prestasi.
Anggota harus lebih jeli dalam memilih pengurus,
pilihalah berdasarkan kualitas individu bukan popularitas. Karena koperasi
dijalankan dengan mengandalkan kualitas seseorang, keberaniannya, integritas,
semangat wirausaha, kepemimpinan, kemampuan manajerial, pemahaman terhadap
koperasi dan kemampuan intrapersonal. Bukan dengan modal terkenal. Panitia
pemilihan pengurus pun harus benar-benar melakukan seleksi, jangan hanya
sekedar voting, harus ada fit and proper test. Jadi calon-calon yang diajukan
menjadi pengurus dalam rapat anggota adalah benar-benar calon yang sudah teruji
kualitasnya. Keseriusan suatu
organisasi untuk berkembang ditandai dengan keseriusan dalam memilih pimpinan
tertingginya. Sudahkan koperasi saudara memilih pengurus dengan serius
berdasarkan kualitas, tidak hanya berdasarkan popularitas. Jadilah koperasi
yang serius, yang maju dan berkembang, jangan jadi koperasi ecek-ecek.
Sumber
: